Judul : Makalah Keperawatan : Diare Lengkap
link : Makalah Keperawatan : Diare Lengkap
Makalah Keperawatan : Diare Lengkap
CONTOH MAKALAH KEPERAWATAN : DIARE
Edited by Blogger
Asuhannursingonline- Makalah merupakan salah satu tugas yang harus dikerjakan seorang mahasiswa. Bahkan hampir seluruh jurusan perkuliahan pasti ada tugas makalah. Tak terkecuali Keperawatan. Makalah adalah salah satu jenis karya tulis yang bersifat ilmiah dengan pembahasan permasalahan tertentu berdasarkan hasil kajian teori atau kajian lapangan.
Suatu
makalah dapat dijadikan sebagai sarana informasi, demonstrasi dan
pemahaman penulis tentang pokok permasalahan yang dikaji oleh penulis
dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan
dengan masalah tertentu. Selain itu, makalah bukan sebuah rangkuman
namun sebagai sarana untuk menunjukkan kemampuan pemahaman terhadap isi
dari berbagai sumber yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah.
Kali
ini, kami ingin membagikan salah satu makalah yang lama tersimpan pada
laptop milik author blog, dengan maksud berbagi untuk para rekan sejawat
atau adik-adik seprofesi yang sedang mencari contoh makalah keperawatan
tentang diare. Silahkan copy paste, tetapi dirubahlah sedikit. Karena
menurut pengalaman lampau waktu kuliah 8 tahun lalu, ada beberapa dosen
yang menolak tugas makalah mahasiswanya mirip 100% dengan yang ada di
internet.
Contoh Makalah Keperawatan : Diare
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes
Mellitus adalah suatu penyakit atau sindroma yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia, yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.
Penyebab
diabetes adalah dikarenakan kurangnya produksi insulin (diabetes
mellitus tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan
tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih
umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus yang juga disebabkan
oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1
membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan
pengobatan oral dan hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak
efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan
sendirinya setelah persalinan.
Kelainan
tekanan darah akibat kadar glukosa yang tinggi menyebabkan kerja
jantung, ginjal dan organ dalam lain untuk mempertahankan kestabilan
tubuh menjadi lebih berat. Akibatnya pada penderita diabetes akan mudah
dikenai berbagai komplikasi diantaranya penurunan sistem imune tubuh,
kerusakan sistem kardivaskular,kealinan trombosis, inflamasi, dan
kerusakan sel-sel endothelia serta kerusakan otak, yang biasanya
ditandai dengan penglihatan yang kabur (Clement et al, 2004).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses metabolisme tubuh terhadap penyakit Diabetes Mellitus?
2. Hormon apa saja yang terkait dengan penyakit Diabetes Mellitus ?
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang dibahas di atas maka tujuan yang hendak dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses metabolisme tubuh terhadap penyakit Diabetes Melittus.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungannya Diabetes Mellitus dengan hormon tertentu dalam tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Diabetes
Mellitus umumnya dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang
terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Diabetes
mellitus berasal dari kata Yunani yaitu διαβαίνειν, diabaínein,
"tembus" atau "pancuran air", dan kata Latin yaitu mellitus, yang
berarti "rasa manis".
Berikut ini beberapa definisi Diabetes mellitus dari beberapa tokoh:
Diabetes
melitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol, yang dikarekteristikkan dengan hiperglikemi
karena defisiensi insulin.(Barbara Engram,1996).
Diabetes
melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan menurunnya kadar
gula didalam sel yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai
insulin dengan kebutuhan tubuh.(Polaski,1996).
Diabetes
melitus adalah sekelompok kelainan ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia.(Suzanne C, Smeltzer, 1997).
Diabetes
mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan
Sudart)
Diabetes
mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
Diabetes
mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Diabetes
melitus adalah gejala-gejala atau sindrom yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.(M.black
1997)
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a.Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus
dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes
mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan
keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 %
bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya
1, 96 %.
b.Faktor non genetik
1.)Infeksi
2.)Nutrisi.
3.)Stres
4.)Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
B.Proses Metabolisme tubuh terhadap Diabetes mellitus
Kaitan antara Metabolisme Karbohidrat dan Diabetes Mellitus
Metabolisme
karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang tidak
dapat dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan
diabetes mellitus dijelaskan oleh keberadaan hormon insulin. Penderita
diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja
insulin, sedangkan insulin sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi
metabolisme karbohidrat. Akibatnya, penderita diabetes mellitus akan
mengalami gangguan pada metabolisme karbohidrat.
C.Hormon yang berperan dengan penyakit Diabetes mellitus
Ada
beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau
Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
insulin. Hormon ini berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.
Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya akan dirombak
menjadi glikogen untuk disimpan. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan
penyakit diabetes. Selain menghasilkan insulin, pankreas juga
menghasilkan hormon glukagon yang bekerja antagonis dengan hormon
insulin.
Insulin
berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel β pankreas. Insulin
terdiri atas dua rantai polipeptida. Struktu insulin manusia dan
beberapa spesies mamalia kini telah diketahui. Insulin manusia terdiri
atas 21 residu asam amino pada rantai A dan 30 residu pada rantai B.
Kedua rantai ini dihubungkan oleh adanya dua buah rantai disulfida
(Granner, 2003).
Insulin
disekresi sebagai respon atsa meningkatnya konsentrasi glukosa dalam
plasma darah. Konsentrasi ambang untuk sekresi tersebut adalah kadar
glukosa pada saat puasa yaitu antara 80-100 mg/dL. Respon maksimal
diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-500 mg/dL. Insulin
yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Umur
insulin dalam aliran darah sangat cepat. waktu paruhnya kurang dari 3-5
menit.
Sel-sel
tubuh menangkap insulin pada suatu reseptor glikoprotein spesifik yang
terdapat pada membran sel. Reseptor tersebut berupa heterodimer yang
terdiri atas subunit α dan subunit β dengan konfigurasi α2β2. Subunit α
berada pada permukaan luar membran sel dan berfungsi mengikat insulin.
Subunit β berupa protein transmembran yang melaksanakan fungsi tranduksi
sinyal. Bagian sitoplasma subunit β mempunyai aktivitas tirosin kinase
dan tapak autofosforilasi (King, 2007).
Terikatnya
insulin subunit α menyebabkan subunit β mengalami autofosforilasi pada
residu tirosin. Reseptor yang terfosforilasi akan mengalami perubahan
bentuk, membentuk agregat, internalisasi dan mnghasilkan lebih dari satu
sinyal. Dalam kondisi dengan kadar insuli tinggi, misalnya pada
obesitas ataupun akromegali, jumlah reseptor insulin berkurang dan
terjadi resistansi terhadap insulin. Resistansi ini diakibatkan
terjadinya regulasi ke bawah. Reseptor insulin mengalami endositosis ke
dalam vesikel berbalut klatrin.
Insulin
mengatur metabolisme glukosa dengan memfosforilasi substrat reseptor
insulin (IRS) melalui aktivitas tirosin kinase subunit β pada reseptor
insulin. IRS terfosforilasi memicu serangkaian rekasi kaskade yang efek
nettonya adalah mengurangi kadar glukosa dalam darah. Ada beberapa cara
insulin bekerja yaitu (Granner, 2003).
Pengaturan
metabolisme glukosa oleh insulin melalui berbagai mekanisme kompleks
yang efek nettonya adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah. Oleh
karena itu, penderita diabetes mellitus yang jumlah insulinnya tidak
mencukupi atau bekerja tidak efektif akan mengalami hiperglikemia.
Ada 3 mekanisme yang terlibat yaitu :
a. Meningkatkan difusi glukosa ke dalam sel
Pengangkutan
glukosa ke dalam sel melalui proses difusi dengan bantuan protein
pembawa. Protein ini telah diidentifikasi melalui teknik kloning
molekular. Ada 5 jenis protein pembawa tersebut yaitu GLUT1, GLUT2,
GLUT3, GLUT4 dan GLUT 5. GLUT1 merupakan pengangkut glukosa yang ada
pada otak, ginjal, kolon dan eritrosit. GLUT2 terdapat pada sel hati,
pankreas, usus halus dan ginjal. GLUT3 berfungsi pada sel otak, ginjal
dan plasenta. GLUT4 terletak di jaringan adiposa, otot jantung dan otot
skeletal. GLUT5 bertanggung jawab terhadap absorpsi glukosa dari usus
halus. Insulin meningkatkan secara signifikan jumlah protein pembawa
terutama GLUT4. Sinyal yang ditransmisikan oleh insulin menarik
pengankut glukosa ke tempat yang aktif pada membran plasma (Gambar 2.6).
Translokasi protein pengangkut ini bergantung pada suhu dan energi
serta tidak bergantung pada sintesis protein. Efek ini tidak terjadi
pada hati.
b. Peningkatan aktivitas enzim
Pada
orang yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang dimakan diubah
menjadi energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak
atau glikogen. Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan
proses glikogenesis ataupun lipogenesis akan terhalang.
Hormon
insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara meningkatkan
aktivitas enzim-enzim yang berperan. termasuk glukokinase,
fosfofruktokinase dan piruvat kinase. Bertambahnya glikolisis akan
meningkatkan penggunaan glukosa dan dengan demikian secara tidak
langsung menurunkan pelepasan glukosa ke plasma darah. Insulin juga
menurunkan aktivitas glukosa-6-fosfatase yaitu enzim yang ditemukan di
hati dan berfungsi mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat. Penumpukan
glukosa 6-fosfat dalam sel mengakibatkan retensi glukosa yang mengarah
pada diabetes mellitus tipe 2.
Banyak
efek metabolik insulin, khususnya yang terjadi dengan cepat dilakukan
dengan mempengaruhi reaksi fosforilasi dan dfosforilasi protein yang
selanjutnya mengubah aktivitas enzimatik enzim tersebut. Enzim-enzim
yang dipengaruhi dengan cara ini dikemukakan pada tabel 2.1. Kerja
insulin dilaksanakan dengan mengaktifkan protein kinase, menghambat
protein kinase lain atau meransang aktivitas fosfoprotein fosfatase.
Defosforilasi meningkatkan aktivitas sejumlah enzim penting. Modifikasi
kovalen ini memungkinkan terjadinya perubahan yang hampir seketika pada
aktivitas enzim tersebut.
Mekanisme
defosforilasi enzim dilakukan melalui reaksi kaskade yang dipicu oleh
fosforilasi substrat reseptor insulin. Sebagai contoh adalah pengeruh
insulin pada enzim glikogen sintase dan glikogen fosforilase (King,
2007).
c. Menghambat kerja cAMP
Dalam
menghambat atau meransang kerja suatu enzim, insulin memainkan peran
ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi
terbentuknya cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin.
Insulin meransang terbentuknya fosfodiesterase-cAMP. Dengan demikian
insulin mengurangi kadar cAMP dalam darah.
d. Mempengaruhi ekspresi gen
Kerja
insulin yang dibicarakan sebelumnya semuanya terjadi pada tingkat
membran plasma atau di dalam sitoplasma. Di samping itu, insulin
mempengaruhi berbagai proses spesifik dalam nukleolus. Enzim
fosfoenolpiruvat karboksikinase mengkatalisis tahap yang membatasi
kecepatan reaksi dalam glukoneogenesis. Sintesis enzim tersebut
dikurangi oleh insulin dengan demikian glukoneogenesis akan menurun.
Hasil penelitian menunjukkan transkripsi enzim ini menurun dalam
beberapa menit setelah penambahan insulin. Penurunan transkripsi
tersebut menyebabkan terjadinya penurunan laju sintesis enzim ini.
Penderita
diabetes mellitus memiliki jumlah protein pembawa yang sangat rendah,
terutama pada otot jantung, otot rangka dan jaringan adiposa karena
insulin yang mentranslokasikannya ke situs aktif tidak tersedia. Kondisi
ini diperparah pula dengan peranan insulin pada pengaturan metabolisme
glukosa. Glikolisis dan glikogenesis akan terhambat akan enzim yang
berperan dalam kedua jalur tersebut diinaktivasi tanpa kehadiran
insulin. Sedangkan tanpa insulin, jalur metabolisme yang mengarah pada
pembentukan glukosa diransang terutama oleh glukagon dan epinefrin yang
bekerja melalui cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin.
Oleh karena itu, penderita diabetes mellitus baik tipe I atau tipe II
kurang dapat menggunakan glukosa yang diperolehnya melalui makanan.
Glukosa akan terakumulasi dalam plasma darah (hiperglikemia).
Penderita
dengan kadar gula yang sangat tinggi maka gula tersebut akan
dikeluarkan melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus ginjal secara
terus menerus, tetapi kemudian akan dikembalikan ke dalam sistem aliran
darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas ginjal
mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika kadar
glukosa amat tinggi, filtrat glomerolus mengandung glukosa di atas batas
ambang untuk direabsorpsi. Akibatnya kelebihan glukosa tersebut
dikeluarkan melalui urine. Gejala ini disebut glikosuria, yang mrupakan
indikasi lain dari penyakit diabetes mellitus. Glikosuria ini
megakibatkan kehilangan kalori yang sangat besar (Mayes, 2003).
Kadar
glukosa yang amat tinggi pada liran darah maupun pada ginjal, mengubah
tekanan osmotik tubuh. Secara otomatis, tubuh akan mengadakan osmosis
untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Ginjal akan menerima lebih banyak
air, sehingga penderita akan sering buang air kecil. Konsekuensi lain
dari hal ini adalah, tubuh kekurangan air. Penderita mengalami dehidrasi
(hiperosmolaritas) bertambahnya rasa haus dan gejala banyak minum
(polidipsia).
Gejala
yang diterima oleh penderita diabetes tipe I biasanya lebih komplek,
karena mereka kadang tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali.
Akibatnya gangguan metabolik yang dideritanya juga mempengaruhi
metabolisme lemak dan bahkan asam amino. Penderita tidak dapat
memperoleh energi dari katabolisme glukosa. Energi adalah hal wajib yang
harus dimiliki oleh sel tubuh, sehingga tubuh akan mencari alternatif
substrat untuk menghasilkan energi tersebut. Cara yang digunakan oleh
tubuh adalah dengan merombak simpanan lemak pada jaringan adiposa. Lemak
dihidrolisis sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserol. asam lemak
dikatabolisme lebih lanjut dengan melepas dua atom karbon satu persatu
menghasilkan asetil-KoA. Penguraian asam lemak terus menerus
mengakibatkan terjadi penumpukan asam asetoasetat dalam tubuh.Asam
asetoasetat dapat terkonversi membentuk aseton, ataupun dengan adanya
karbondioksida dapat dikonversi membentuk asam β-hidroksibutirat. Ketiga
senyawa ini disebut sebagai keton body yang terdapat pada urine
penderita serta dideteksi dari bau mulut seperti keton. Penderita
mengalami ketoasidosis dan dapat meninggal dalam keadaan koma diabetik
(Kaplan dan Pesce, 1992).
Ketidaksediaan
glukosa dalam sel juga mengakibatkan terjadinya glukoneogenesis secara
berlebihan.. Sel-sel hati akan meniungkatkan produksi glukosa dari
substrat lain, salah satunya adalah dengan merombak protein. Asam amino
hasil perombakan ditransaminasi sehingga dapat menghasilkan substrat
atau senyawa antara dalam pembentukan glukosa. Peristiwa berlangsung
terus-menerus karena insulin yang membatasi glukoneogenesis sangat
sedikit atau tidak ada sama sekali. Glukosa yang dihasilkan kemudian
akan terbuang melalui urine. Akibatnya, terjadi pengurangan jumlah
jaringan otot dan jaringan adiposa secara signifikan. Penderita akan
kehilangan berat tubuh yang hebat kendati terdapat peningkatan selera
makan (polifagia) dan asupan kalori normal atau meningkat (Granner,
2003).
Penderita
diabetes tipe I juga mengalami hipertrigliseridemia, yaitu kadsar
trigliserida dan VLDL dalam darah yang tinggi. Hipertrigliseridemia
terjadi karena VLDL yang disintesis dan dilepaskan tidak mampu diimbangi
oleh kerja enzim lipoproteinlipase yang merombaknya. Jumlah enzim ini
diransang oleh rasio insulin dan glukagon yang tinggi. Defek pada
produksi enzim ini juga mengakibatkan hipersilomikronemia, karena enzim
ini juga dibutuhkan dalam katabolisme silomikron pada jaringan adiposa.
Berbeda
dengan penderita diabetes tipe I, pada penderita diabetes tipe II,
ketoasidosis tidak terjadi karena penguraian lemak (lipolisis) tetap
terkontrol. Namun, pada terjadi hipertrigliseridemia yang menghasilkan
peningkatan VLDL tanpa disertai hipersilomikronemia. Hal ini terjadi
karena peningkatan kecepatan sintesis de novo dari asam lemak tidak
diimbangi oleh kecepatan penyimpanannya pada jaringan lemak. Asam lemak
yang dihasilkan tidak semuanya mampu dikatabolisme, kelebihannya
diesterifikasi menjadi trigliserida dan VLDL. Hal ini diperparah oleh
aktivitas fisik penderita diabetes mellitus tipe II yang pada umumnya
sangat kurang. Akibatnya kadar lemak dalam darah akan meningkat. Pada
penderita yang akut, akan terjadi penebalan pada pembuluh darah terutama
pada bagian mata, sehingga dapat menyebabkan rabun atau bahkan kebutaan
(Harris dan Crabb, 1992).
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan bahasan di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari
beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus
adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
2. Penyebab
diabetes adalah dikarenakan kurangnya produksi insulin (diabetes
mellitus tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan
tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih
umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus yang juga disebabkan
oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil.
3. Keterkaitan
antara metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus dijelaskan oleh
keberadaan hormon insulin. Penderita diabetes mellitus mengalami
kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja insulin, sedangkan insulin
sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme karbohidrat.
Akibatnya, penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada
metabolisme karbohidrat
4. Beberapa definisi diabetes mellitus dari beberapa tokoh :
a).Diabetes
melitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol, yang dikarekteristikkan dengan hiperglikemi
karena defisiensi insulin.(Barbara Engram,1996).
b).Diabetes
melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan menurunnya kadar
gula didalam sel yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai
insulin dengan kebutuhan tubuh.(Polaski,1996).
c).Diabetes
melitus adalah sekelompok kelainan ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia.(Suzanne C, Smeltzer, 1997).
d).Diabetes
mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan
Sudart)
e).Diabetes
mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
f).Diabetes
mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
g).Diabetes
melitus adalah gejala-gejala atau sindrom yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.(M.black
1997)
h).Diabetes
mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C.
Long)
Itu tadi adalah Makalah Keperawatan : Diare Lengkap
baiklah Demikianlah artikel Makalah Keperawatan : Diare Lengkap Kita kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. sampai jumpa di postingan artikel lainnya di asuhannursingonline.blogspot.com.
Anda sekarang membaca artikel Makalah Keperawatan : Diare Lengkap dengan alamat link https://asuhannursingonline.blogspot.com/2018/04/contoh-makalah-keperawatan-diare.html
0 komentar
Posting Komentar